Hello Kebaya Lovers!

JIKA menyebut kecap, yang teringat adalah jargon para produsennya yang mengklaim sebagai nomor satu. “Kecap Nomor Satu,” demikian yang selalu kita baca atau dengar di iklan kecap Indonesia. Kecap adalah soal selera. Jadi setiap orang punya kecap favoritnya.

Nah ngomongin kecap, ada satu merek legendaris asal Blitar, Namanya Sie Wie Bo. Sahabat saya, Caroline yang mengenalkan kecap ini pertamakali.  “Cobain deh ini kecap kesukaan Bung Karno, rasanya beda banget dengan kecap-kecap yang sekarang banyak dijual di pasar dan supermarket,” ujar Caroline suatu hari.

Begitu dicoba, saya  langsung merasakan nikmatnya kecap jadul yang kental  dengan rasa yang tidak terlalu manis tapi legit. Ada sensasi berbeda disbanding kecap yang pernah saya gunakan untuk memasak, atau hanya untuk pelengkap makan kudapan.

Suatu hari di tahun 1966, Bung Karno mengajak wartawan makan siang di Istana. Namun ternyata di dapur  hanya tersedia sepiring nasi goreng yang sudah dingin dan 2 butir telur. Mendapat laporan pelayan Istana, Bung Karno hanya tertawa dan minta ditambahkan kecap saja.

”Ini kecap paling enak di dunia. Ini kecap dari  Blitar,” kata Bung Karno seperti dikatakan Susanto Pudjomartono,  Pemred The Jakarta Post dan terakhir bertugas sebagai Duta Besar RI di Rusia dalam tulisannya yang dikutip SURATKABAR.ID

Berdasarkan kliping koran Sinar Harapan 25 November 1966,  Bung  Karno sempat menjamu makan siang  sejumlah wartawan di Istana dengan menu nasi putih hangat, telor dadar dan sambal kecap. Koran Sinar Harapan menulis bahwa Bung  Karno tidak lupa menyuguhkan kecap kesayangannya sambil berkata, “saya sedjak dulu paling suka sama ketjap Blitar.”

Ibu Bung Karno, Ida Ayu Nyoman Rai yang mengenalkan kecap ini sejak kecil ke Bung Karno. Sampai sekarangpun anak cucu Proklamator Kemerdekaan ini tetap menjadi pelanggan setia kecap ini. Megawati, putri Bung Karno yang juga Presiden RI ke 5, rutin memesan kecap  melalui Djarot  Syaiful Hidayat mantan Gubernur DKI yang juga anggota PDIP Perjuangan setiap kali mudik ke Blitar.  Sultan Hamengku Buwono ke IX juga salah satu penggemar kecap ini.

Wahh, Kebaya Lovers pasti penasaran dengan rasa kecap Sie Wie Bo!

Adalah Gunawan , generasi ke 4 yang meneruskan usaha kecap legendaris yang dibuat oleh kakek buyutnya, Sie Bian Siang pada 1901 dengan merek Sie Bian Siang, yang kemudian diganti menjadi Sie Wie Bo hingga sekarang.

Kepada Kebaya Story, Gunawan mengatakan, pada masanya kecap Sie Wie Bo  produksinya paling banyak dan merupakan kecap nomor satu di Blitar. Hingga saat ini, dijual ke berbagai kota seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya dan Malang,  hanya saja dalam jumlah terbatas.

Nah yang menarik, setiap bulan Juni  yang juga disebut bulan Bung Karno, kota Blitar yang dipenuhi para peziarah dari berbagai kota kerapkali menjadikan kecap Sie Wie Bo sebagai oleh-oleh.

Yang unik, dalam proses produksinya masih menggunakan guci Tiongkok yang usianya sudah lebih dari 100 tahun.  Guci itu untuk menyimpan kecap dan kedelai. Selain itu stempel kayu untuk cap/merk kecap yang juga dibuat pada tahun 1901 masih tersimpan rapi.

Kebaya Lovers, kira-kira apa ya yang membedakan kecap Sie Wie Bo dengan kecap lainnya, sehingga jadi favorit gerasi dulu hingga saat ini ?

 “Kecap Sie Wie Bo dibuat dengan resep kuno kakek buyut saya, bahan bakunya  alami tanpa bahan kimia, tanpa pengental ataupun pemanis buatan,” ujar Gunawan. Kedelai hitam dengan kualitas terbaik dipilih sebagai bahan baku yang sudah mulai langka dan harganya mahal.

“Terakhir saya bisa dapat kedelai bagus dari Solo. Sekarang agak sulit mendapat bahan baku seperti dulu, kualitas gula merah yang benar-benar murni tanpa natrium metabisulfite makin sulit dicari,” papar Gunawan.

Menurut Gunawan yang sudah 50 tahun lebih mengelola pabrik kecap warisan keluarga, membuat kecap itu gampang-gampang susah. Sedikit salah penanganan akan muncul jamur dan kristal. Karena itu dia selalu terjun langsung, terlibat dalam proses produksi untuk menjaga kualitas.

Seiring berjalannya waktu dan semakin ketatnya persaingan industri kecap,  produksi  Sie Wie Bo tak lagi sebanyak dulu. Variannya-pun juga berkurang.  Dulu ada kecap manis, asin dan manis sedang. Sekarang hanya kecap manis saja yang diproduksi. 

Sebenarnya keluarga besar tak lagi berminat meneruskan usaha kecap legendaris karena mereka sibuk dengan bisnis dan profesi lain.  “Setelah saya, mulai 2020 ini sepupu saya berminat untuk meneruskan usaha kecap warisan keluarga kami. Saya  berusaha untuk membimbing karena ada niat mulai  melestarikan warisan leluhur,” pungkas Gunawan.

Wah, Kebaya Lovers, keren ya upaya yang dilakukan Pak Gunawan. Semoga kecap Sie Wie Bo kembali digemari masyarakat Indonesia. Terlebih bahan baku yang digunakan murni tanpa bahan kimia lho, jadi sesuai sama era hidup sehat yang sekarang lagi dipopulerkan. ***

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *