Hello Kebaya Lovers!

SABTU siang, 1 November 2025, saya memutuskan untuk melipir sejenak dari hiruk-pikuk Jakarta dan mampir ke tempat yang adem sekaligus penuh cerita: Museum Tekstil Jakarta, yang berlokasi di Jl. KS Tubun No. 4, Petamburan, Jakarta Barat.  Siapa sangka, di tengah padatnya Jakarta, ada tempat seindah dan sesepi itu, berasa kayak oase di tengah kota. 

Dari Rumah Prancis ke Museum Kebanggaan Jakarta

Dikutip dari museum.co.id, Museum Tekstil yang merupakan bangunan megah bergaya kolonial ini ternyata punya sejarah yang menarik banget. Gedung ini dibangun sekitar tahun 1850-an oleh seorang warga negara Prancis yang menetap di Batavia (sebutan Jakarta zaman Belanda). Gedung ini kemudian dibeli oleh Konsul Turki bernama Abdul Azis Al Mussawi Al Kazimi yang menetap di Indonesia dan selanjutnya pada 1942 bangunan ini beralih ke Karel Christian Crucq.

Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, gedung ini menjadi markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR), pada 1947 dijadikan tempat tinggal oleh Lie Sion Pin dan pada 1952 dibeli Departemen Sosial. Selanjutnya pada 25 Oktober 1975 diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta kemudian pada 28 Juni 1976 diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto sebagai Museum Tekstil dan diserahkan pengelolaannya kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sejak itu, museum ini jadi rumah bagi berbagai jenis wastra Nusantara, dari batik, tenun, songket, sampai kain tradisional dari pelosok Indonesia.

Ide membangun Museum Tekstil dilatarbelakangin membanjurnya tekrtil modern yang dikhawatirkan akan menggeser kain tradisional nusantara. Pemrakarsanya adalah Kelompok Pecinta Kain Tradisional Indonesia (WASTRAPREMA) yang dimotori Ir. Safioen (Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian) di era Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

Suasana Adem di Tengah Panasnya Jakarta

Begitu masuk area museum, suasananya langsung beda. Halamannya luas, sekitar 5.000 meter persegi, dikelilingi pepohonan rindang, taman hijau, dan bangunan tua berarsitektur Eropa yang bikin vibes-nya estetik banget. Cocok buat healing, foto-foto, atau sekadar duduk di bangku taman sambil menikmati semilir angin.

Sekarang, sebagian area sedang dibenahi dan direstorasi biar pengunjung makin nyaman. Tapi tenang, suasananya tetap terjaga. Bahkan, bangunan utamanya yang bergaya klasik dengan pilar-pilar besar dan jendela lebar tetap jadi ikon utama museum ini.

Pameran Batik Cirebon yang Memikat

Pas saya datang, gedung utama museum sedang digunakan untuk pameran Batik Cirebon. Koleksinya cantik-cantik banget! Mulai dari batik Mega Mendung yang ikonik sampai batik dengan motif-motif keraton yang detailnya halus banget. Setiap kain seolah bercerita tentang filosofi, warna, dan budaya daerah asalnya.

Selain itu, ada Galeri Batik yang menampilkan koleksi batik dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan luar Jawa. Dari batik Pekalongan yang cerah dan playful, sampai batik Madura yang kontras dan berani, semuanya bikin kita makin bangga sama kekayaan budaya sendiri.

Menurut Sri Kusumawati, Kepala Unit Pengelola Museum Seni, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, pada Peringatan Hari Ulang Tahun ke-49 Museum Tekstil bersama Himpunan Wastraprema, saat ini memiliki 3.000 koleksi kain dari berbagai penjuru nusantara. 

Belajar Membatik, Yuk!

Salah satu hal paling seru di museum ini ada di Pendopo Batik yang terletak di gedung belakang, tempat pengunjung bisa membatik sendiri! Dengan biaya Rp50.000, kamu bisa mencoba membatik menggunakan pola dari museum, atau bahkan menggambar motifmu sendiri. Seru banget karena hasil batikmu bisa langsung dibawa pulang sebagai kenang-kenangan. Aktivitas ini nggak cuma fun, tapi juga bikin kamu makin paham betapa rumit dan sabarnya proses pembuatan batik itu.

Potensi Besar Buat Anak Muda

Museum Tekstil Jakarta ini punya potensi besar banget buat jadi destinasi favorit anak muda. Spot-spot di halamannya bisa banget di-makeover jadi tempat event, workshop, atau pameran kekinian dengan sentuhan modern. Bayangin aja kalau di taman belakang diadakan festival kain nusantara dengan musik akustik, coffee corner, dan booth interaktif, pasti ramai!

Yang perlu diperkuat adalah cara penyajiannya. Jangan cuma menampilkan kain, tapi juga cerita di baliknya, sejarah, filosofi, dan siapa pembuatnya. Kalau dikemas dengan storytelling dan visual yang menarik, anak-anak Gen Z pasti makin relate dan jatuh cinta sama wastra Indonesia.

Tiket masuknya Rp 15.000 per orang, buka setiap hari, Senin – Minggu pukul 09:00 – 16:00 WIB. Berkunjung ke Museum Tekstil Jakarta itu bukan cuma soal melihat kain, tapi tentang merasakan perjalanan budaya yang membentuk identitas bangsa kita. Dari selembar kain, kita belajar bahwa keindahan itu lahir dari proses, kesabaran, dan cinta. Jadi, buat kamu yang suka seni, sejarah, atau sekadar butuh tempat adem di Jakarta, Museum Tekstil wajib masuk bucket list kamu! ***

Bagaimana menurut Anda artikel ini
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *