• 2025-10-14
  • Vivi Putri Soewondo
  • 0

Hello Kebaya Lovers!

LANGIT  malam di Vatikan 13 September 2025 bergetar oleh tepuk tangan ribuan orang saat suara Andrea Bocelli mengalun membawakan lagu legendaris Amazing Grace. Suaranya menggema di Lapangan Santo Petrus — tempat di mana untuk pertama kalinya digelar konser musik dunia bertajuk “Grace for the World.”

Bayangin, suasana hening, langit cerah, dan ribuan orang tenggelam dalam harmoni nada dan doa. Lagu itu bukan cuma lagu, tapi refleksi — tentang kasih, ampunan, dan harapan.

Amazing grace! how sweet the sound,

That saved a wretch like me!

I once was lost, but now am found,

Was blind, but now I see.

Begitu lagu berakhir, keheningan pecah. Ribuan pasang mata menatap ke langit — dan di atas basilika, 3.000 drone membentuk wajah Paus Fransiskus yang bersinar di malam Vatikan. Magis banget.

Malam Bersejarah di Vatikan

Setelah Amazing Grace, Bocelli lanjut menyanyikan Ave Maria karya Schubert, dan suasana langsung berubah jadi sakral tapi hangat. Suaranya kayak doa yang melintasi benua.

Dan bukan cuma Bocelli. Malam itu, sederet musisi top dunia tampil bareng — dari Karol G, John Legend, Pharrell Williams, Clipse, sampai Angélique Kidjo, diva Afrika pemenang lima Grammy Awards. Ada juga Teddy Swims, Jelly Roll, dan Fire Gospel Choir yang bikin suasana makin hidup.

Masing-masing penyanyi tampil dengan gaya khas mereka, Bocelli dengan kekuatan operanya, Pharrell Williams bawa energi gospel Amerika dan Karol G dan John Legend bikin vibe-nya jadi soulful dan universal.

Pharrell sempat bilang, “Konser ini momen langka di mana dunia berhenti sejenak dan bersama-sama mendengarkan. Ini pesan tentang persatuan dan kasih bagi seluruh umat manusia.”

Andrea Bocelli pun menambahkan, “Mari kita terangi kemanusiaan dengan musik—dari inti spiritualitas, membawa pesan perdamaian dan persaudaraan untuk dunia.”

Musik, Persaudaraan, dan Harapan

Konser ini bukan sekadar acara musik, tapi juga bagian dari perayaan Human Fraternity, gagasan besar tentang persaudaraan antar manusia tanpa batas budaya atau agama.

Gagasan ini lahir dari pertemuan bersejarah antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Ahmad Al-Tayyeb, pada 2019 di Abu Dhabi. Mereka menandatangani Dokumen Human Fraternity for World Peace and Living Together — sebuah seruan agar dunia hidup dalam damai, saling menghormati, dan menolak perang.

Pesan itu kembali digaungkan oleh Paus Leo XIV dalam The 3rd World Meeting on Human Fraternity tahun 2025: “Dunia saat ini penuh perpecahan. Tapi satu ‘tidak’ untuk perang dan satu ‘ya’ untuk perdamaian bisa menyatukan kita.” Kalimat sederhana, tapi maknanya dalam banget.

The Prayer: Doa untuk Dunia

Menjelang akhir konser, Bocelli dan Jennifer Hudson menutup malam dengan lagu The Prayer. Lagu yang dulu dibuat oleh David Foster dan William Ross ini membawa pesan tentang dunia tanpa kekerasan, dunia yang penuh keadilan dan cinta kasih.

Sognamo un mondo senza più violenza,

Un mondo di giustizia e di speranza…

Kami memimpikan dunia tanpa kekerasan,

Dunia yang penuh keadilan dan harapan.

Pesannya sederhana tapi powerful: kita semua bisa jadi bagian dari dunia yang damai kalau mau saling menggandeng tangan, bukan saling menjauh.

Cahaya dari Vatikan

Dari Lapangan Santo Petrus, pesan itu terbang ke seluruh dunia — dari kota yang bersejarah, dibangun di atas kisah para martir dan pahlawan iman. “Grace for the World” bukan cuma konser, tapi ajakan untuk berani memilih kasih daripada kebencian, kebenaran daripada kemunafikan, dan harapan daripada ketakutan.

Malam itu, musik jadi doa. Dan dari suara Bocelli, dunia seperti diingatkan,  bahwa kasih itu masih ada, dan selalu bisa jadi alasan kita untuk percaya pada kemanusiaan. ***

#KebayaStory #GraceForTheWorld #AndreaBocelli #MusicForPeace #HumanFraternity

Bagaimana menurut Anda artikel ini
+1
1
+1
1
+1
0
+1
0

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *