• 2025-10-13
  • Vivi Putri Soewondo
  • 0

Hello Kebaya Lovers!

SETELAH perjuangan panjang selama hampir setahun, Kebaya Noni dari Sulawesi Utara akhirnya resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Indonesia 2025. Di  balik kabar bahagia itu, ada sosok perempuan tangguh yang jadi motor penggeraknya yakni  Coreta Louise Kapoyos, Ketua Perkumpulan Pecinta Kebaya Noni Indonesia (PPKNI).

Lewat obrolan santai bersama Kebaya Story, Ibu Coreta berbagi cerita tentang semangatnya melestarikan budaya lewat kebaya khas Manado ini. Yuk, simak kisahnya!

 “Kenapa sih mau banget daftarin Kebaya Noni ke WBTB?”

“Pertama-tama karena saya lihat belum banyak kebaya yang terdaftar di WBTb nasional,” jelas Ibu Coreta.  “Baru dua loh, yaitu Kebaya Laboh dari Riau dan Kebaya Krancang dari DKI Jakarta. Padahal Indonesia punya banyak banget jenis kebaya,  dari Kebaya Kutu Baru, Kebaya Kartini, Kebaya Bali, sampai Kebaya Noni dari Sulawesi Utara.”

Sebagai perempuan asal Sulawesi Utara dan Ketua PPKNI, beliau merasa terpanggil buat ngedorong agar daerahnya juga punya perwakilan di daftar warisan budaya nasional. “Kita ingin Kebaya Noni dikenal bukan cuma di Manado, tapi di seluruh Indonesia bahkan dunia,” ujarnya dengan semangat.

Coreta Louise Kapoyos, Ketua Perkumpulan Pecinta Kebaya Noni Indonesia (PPKNI).

“Mulainya dari kapan sih?”

“Sebenernya udah mulai dari akhir tahun 2023,” kata Ibu Coreta.
“Tapi fokus besarnya di 2024, di mana kita banyak melakukan sosialisasi ke masyarakat dan pemerintah daerah.” Artinya, selama setahun penuh tim PPKNI benar-benar all out — dari riset, promosi, sampai kegiatan publik untuk mengenalkan keindahan Kebaya Noni.

“Trik biar bisa lolos WBTB tuh ngapain aja?”

“Banyak banget kegiatannya,” katanya sambil tertawa sumringah. Mulai dari talk show, forum group discussion (FGD), fashion show, sampai video edukasi tentang Kebaya Noni yang dirilis bertepatan dengan Hari Kebaya Nasional pertama tahun 2024.

Bahkan, saat peringatan Hari Kebaya Nasional 2025 di Solo dan ajang Putri Otonomi Indonesia, Kebaya Noni tampil mencuri perhatian. “Para finalis dari berbagai daerah pakai Kebaya Noni. Itu momen yang bikin saya bangga banget,” ungkapnya.

Oiya satu lagi, Kebaya Noni juga dikenakan oleh tim Ski Air Australia ketika melakukan show di Manado. Wahhh keren baanget yah!

“Siapa aja sih yang diajak kerja bareng?”

Nggak sendirian, tentu saja. “Kami menggandeng Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, terutama Dinas Kebudayaan, serta melibatkan para budayawan, cendekiawan, dan tokoh masyarakat,” jelasnya. Kolaborasi ini penting banget karena pengajuan WBTB butuh dukungan penuh dari daerah dan bukti kuat soal nilai sejarah dan filosofi budaya yang diusung.

“Katanya udah sempat roadshow ke luar negeri juga?”

“Betul sekali!” jawabnya mantap.  “Selain aktif di berbagai kegiatan komunitas kebaya di Jakarta, kami juga membawa Kebaya Noni ke luar negeri lewat fashion show dan pameran budaya.” Daftar negaranya nggak main-main — New York, Toronto, Helsinki, Vatikan, Houston, dan Washington DC pernah jadi saksi pesona Kebaya Noni yang elegan dan klasik.

 “Kalau sekarang sudah jadi WBTB, target berikutnya apa nih?”

Ibu Coreta tersenyum, “Kalau bisa, kita lanjut ke UNESCO!” Menurutnya, saat ini baru dua kebaya dari Indonesia yang diakui UNESCO, dan alangkah indahnya kalau nantinya bisa membawa semua kebaya dari berbagai daerah untuk diakui bersama sebagai ‘Kebaya Indonesia’. “Ini bukan sekadar soal busana,” katanya, “tapi tentang identitas, kebanggaan, dan persatuan perempuan Indonesia.” 

Dari Manado untuk Dunia

Perjalanan Kebaya Noni jadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan dengan cara modern, kreatif, dan kolaboratif. Dan seperti kata Ibu Coreta, perjuangan ini belum selesai — karena setiap kali kita memakai kebaya, kita ikut menjaga cerita, sejarah, dan keindahan yang diwariskan turun-temurun. ***

 

#KebayaNoni #KebayaStory #WBTb2025 #PerempuanIndonesia #BanggaBerkebaya

Bagaimana menurut Anda artikel ini
+1
1
+1
1
+1
0
+1
0

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *