
Hello Kebaya Lovers!
KALI ini redaksi Kebaya Story akan membahas kebaya Noni, salah satu kebaya klasik khas Sulawesi Utara dan wilayah Maluku. Pola dasar kebaya Noni sama seperti kebaya Kartini tetapi dihiasi renda yang mengelilingi leher dan pinggir kebaya serta ujung lengan. Meskipun sekilas mirip dengan kebaya Kerancang, ciri khas kebaya Noni adalah bahan kebaya dari kain katun berwarna putih dan hiasan renda yang juga berwarna putih. (Musa Widyatmodjo, lewat KumparanWoman 2019)
Pada masa kolonial, anak dari perkawinan campuran antara orang Belanda dan Indonesia disebut Noni untuk perempuan dan Sinyo untuk laki-laki. Maka sebagai hasil persilangan dari busana gaya Eropa dan busana penduduk lokal, sekitar akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, muncul jenis kebaya yang dipakai oleh perempuan Belanda dan keturunannya yang dikenal sebagai kebaya Noni.
Oiya, kebanyakan perempuan Belanda kurang nyaman memakai gaun yang dibawa dari Belanda karena iklim di Indonesia yang tropis cenderung panas. Sehingga mereka memakai kebaya katun yang berhias renda putih yang dibawa dari Eropa dan dipadankan dengan kain sarung batik sebagai bawahannya. Meskipun terkadang kebaya Noni ada yang bermotif, namun lebih sering berbahan putih polos.
Kebaya Lovers!
Untuk melestarikan kebaya Noni, para pegiat budaya di Sulawesi Utara mendirikan komunitas kebaya yang spesifik, yaitu komunitas kebaya Noni yang biasa dipakai oleh perempuan-perempuan di Manado dan Maluku. Perkumpulan Pecinta Kebaya Noni Indonesia (PPKNI) merupakan komunitas yang baru berdiri, yakni pada tahun 2023 dengan ketuanya Coreta Louise Kapoyos.

Dikutip dari Buku Kebaya Kaya Gaya (Penerbit Buku Kompas, 2023), kebaya merupakan warisan budaya Indonesia dan ternyata banyak sekali jenis kebaya yang ada tetapi baru dua yang terdaftar secara resmî ke Warisan Budaya Tak Benda/ WBTP Nasional.
“Sehingga kami merasa perlu untuk membuat komunitas ini serta menggali lebih dalam tentang Kebaya Noni yang sudah ada sejak jaman Hindia Belanda khususnya di daerah Sulawesi Utara dan Maluku,” tutur Coreta yang sebelumnya penyiar sebuah stasiun televisi.
Coreta yang juga Ketua Umum Yayasan Torang Samua Basudara (YTSB) menggunakan media sosial untuk mempromosikan kebaya Noni agar lebih dikenal banyak orang, termasuk menggunakan artis dan influencer. Komunitas itu juga menyelenggarakan pameran, bazaar, fashion show Kebaya Noni serta membuat berbagai acara dengan dress code kebaya Noni.
Komunitas ini cukup aktif. Para anggotanya sering menggelar diskusi untuk menggali lebih dalam sejarah kebaya Noni, dari awal mula dipakai di jaman penjajahan Belanda, pemakaian saat ini dan modifikasi bahan yang digunakan.
Ciri khas kebaya Noni adalah pada bagian depan pinggir kain dihiasi dengan renda. Namun dalam perkembangannya, modifikasi yang dilakukan sekarang ini ada yang mengganti renda dengan bordir tetapi tetap dengan warna yang sama yaitu putih. Coreta mengatakan, saat ini kebaya telah banyak dikenakan oleh perempuan Indonesia, namun demikian kampanye yang lebih masif harus terus dilakukan terutama kepada generasi muda.