
Hello, Kebaya Story Squad!
MASIH mikir kebaya itu baju jadul yang cuma cocok dipakai emak-emak di kampung? Duh, kamu udah ketinggalan zaman banget, bestie!
Pas banget, momen Hari Kebaya Nasional ke-2 tahun 2025 jadi semacam energi baru buat para penggiat kebaya. Mereka lagi semangat-semangatnya ngajak anak muda buat makin cinta dan bangga sama busana asli Indonesia ini. Gak cuma buat acara resmi doang, sekarang kebaya udah jadi lifestyle keren yang bisa dipakai kapan aja dan di mana aja.
“Ini momen penting banget buat menumbuhkan rasa cinta terhadap kebaya sebagai busana warisan Nusantara,” kata Yanti Moeljono, Ketua Komunitas Kebaya Menari, saat perayaan Hari Kebaya Nasional di Pos Bloc Jakarta, Minggu (27/7).
Yanti juga bilang, masih banyak remaja yang nganggep kebaya itu ribet, gak modis, dan cuma buat kondangan. Padahal itu semua karena kurang info aja, guys! FYI, kebaya itu udah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia lho! Jadi bukan cuma soal fashion, tapi juga soal jati diri dan kebanggaan jadi perempuan Indonesia.
“Saya bilangnya ‘sebagian’, karena faktanya makin banyak juga remaja yang udah nyaman pakai kebaya, bahkan di luar acara formal kayak tujuhbelasan, wisuda, atau jadi pagar ayu di nikahan,” tambah Yanti.
Kebaya Modern: Perpaduan Tradisi dan Tren Kekinian
Tren kebaya modern makin hari makin dilirik karena desainer-desainer muda ikut kasih sentuhan kekinian. Tetap anggun, tetap pakai pakem kebaya, tapi dengan gaya yang lebih fun dan fleksibel. Cocok banget buat anak muda yang pengen tampil kece, tapi tetap bangga sama budayanya sendiri.
“Kebaya itu bukan pakaian yang sakral atau eksklusif. Kebaya itu universal! Bisa banget dipakai ke kantor, rekreasi, bahkan buat naik gunung dan gowes pun bisa!” ujar Yanti dengan semangat.
Contohnya waktu Hari Kebaya Nasional kemarin, ada sekitar 250 komunitas pesepeda berkebaya yang ikutan riding bareng dari Sudirman, lewat Semanggi, Bundaran HI, Medan Merdeka, sampai finish di Pos Bloc. Mereka jadi pusat perhatian, banyak peserta CFD yang langsung minta foto bareng!
Dari Tari sampai Komunitas, Semua Bisa Berkebaya
Yanti sendiri udah berkebaya sejak remaja. Bukan karena paksaan, tapi karena lingkungan sekitar yang emang akrab banget sama kebaya.
“Meskipun saya hidup di tengah gempuran budaya asing dan modernisasi, saya tetap ngejaga budaya nasional. Selama ini juga nggak pernah tuh ada yang nyinyir karena saya berkebaya. Malah makin ke sini komunitas kebaya makin rame dan tumbuh sesuai kultur di masing-masing daerah,” cerita Yanti.
Jadi, masih mau bilang kebaya itu ketinggalan zaman? Sekarang saatnya kita nunjukin bahwa berkebaya itu keren, berani, dan bermakna. Nggak cuma soal style, tapi juga tentang menunjukkan identitas kita sebagai perempuan Indonesia yang tahu akar budayanya. Karena… kebaya itu bukan masa lalu, tapi masa kini (dan masa depan!)
Sedikit just for info bahwa Kebaya menari menjadi pemenang pertama di panggung 33rd Etoiles de Paris bulan Mei lalu



























