Penulis: Soesi Sastro

Hello Kebaya Lovers!

SEIRING maraknya gerakan Perempuan berkebaya di Tanah Air akhir-akhir ini, pedagang pakaian di sejumlah kota menjajaki peluang untuk menjual kebaya. Salah satunya di Pasar Besar Kota Malang, Jawa Timur. Di Kota Apel ini, kita bisa menemukan penjual kebaya di sudut pasar yang sederhana, tepatnya di lapak tukang jahit biasa di lantai dua Pasar Besar. Di sana, ada 12 lapak tukang jahit dan permak pakaian.

Haryati penjual kebaya

Siang itu, saya berbincang dengan Mbak Haryati dan Mbak Liana, dua tukang jahit dan permak pakaian yang juga penjual kebaya. Hampir 16 tahun Haryati meneruskan usaha jahit almarhum mertuanya. Sedangkan Mbak Liana yang menjahit sejak gadis (tahun 1978) membuka usaha modiste baju kantor dan kebaya pesta. Mbak Liana menyulap lapak arloji milik almarhum ayahnya menjadi lapak jahit dan etalase penjualan kebaya.

Mbak Lin penjual kebaya

Kebaya-kebaya yang dijual digantung berjejer rapi tanpa plastik pembungkus. Ada juga yang diletakkan bertumpuk di karung-karung besar dan lemari gerobok (peti besar penyimpan pakaian). Di sini kebaya yang dijual model Kutubaru dengan satu ukuran (all size). Untuk bahan kainnya beragam, katun, satin, sifon, tafeta, polyester dan brokat tipis. Sementara itu motif kainnya ada yang polosan, kembangan, abstrak, dan timbul aneka warna. Jangan mencari kebaya motif jumputan atau kebaya lurik ya, karena Mbak Haryati dan Mbak Liana tidak menjualnya.

Kebaya-kebaya ini dibuat oleh konveksi dari luar Malang yang dititipkan untuk dijual. Satu kali pengiriman bisa 10-20 kodi atau 200-400 kebaya yang rata-rata habis terjual dalam waktu satu hingga empat bulan tergantung permintaan.

Kebaya Lovers!
Pelanggan Mbak Haryati adalah pedagang pakaian dari Pasuruan, Probolinggo, Batu, dan Gunung Kawi. Mereka rata-rata membeli 5-10 kodi kebaya untuk dijual lagi pada perempuan di desa-desa, terutama nenek-nenek. Pembeli lain adalah pelajar, mahasiswa atau anak-anak muda.

“Kalau anak-anak muda biasanya kebaya yang dibeli minta dipermak. Diubah model lengan pendek atau tanpa lengan. Banyak juga ibu-ibu peserta senam memborong kebaya sampai 5 kodi,” kata Mbak Haryati.

Sementara itu, di lapak Mbak Liana pembelinya kebanyakan ibu-ibu kantoran dan mahasiswa yang dikenakan untuk karnaval, seragam menari, upacara keagamaan, acara di kampus, photografi, bahkan sebagai kado ulang tahun.

Harga kebaya di sini relative murah. Kebaya Kutubaru dibandrol Rp 30 ribu – Rp 40 ribu dan masih bisa ditawar jika beli dalam jumlah banyak. Keuntungan keli kebaya di Pasar Besar Malang ini bisa langsung dipermak sesuai kebutuhan. Ongkosnya termasuk pasang kancing hanya Rp 10 ribu – Rp 20 ribu.

Hingar bingar gerakan berkebaya apalagi Kebaya Goes to Unesco memang tidak sampai ke telinga Mbak Haryati dan Mbak Liana. Namun tanpa disadari, gerakan berkebaya berdampak pada peningkatan jumlah permintaan kebaya di lapak mereka. Jadi kalau ingin menambah jumlah koleksi kebaya kalian, datanglah ke Pasar Besar Kota Malang untuk ngeborong kebaya murah meriah. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *