
Hello Kebaya Lovers!
ETY nafis tak menyangka, kebiasaannya berpenampilan rapih dan menarik di setiap acara dengan berkebaya pakem membawa berkah tersendiri. Dari kesukaannya mengenakan busana nasional itu pada 2021 ia membuka usaha pembuatan kebaya dengan brand Marita by Ety Nafis karena teman dan koleganya banyak yang memesan.
Indonesia memang istimewa. Kekayaan budaya yang dimiliki di berbagai daerah tidak saja jadi sebuah kebanggaan tapi bisa dikembangkan menjadi ide usaha. Hal inilah yang dilakukan Ety Nafis. “Saya memang senang bersolek, mengenakan kebaya di setiap acara resmi yang saya hadiri. Sebagai orang Indonesia kita harus bangga pada budaya sendiri,” kata Ety seperti dikutip dari Buku Kebaya Kaya Gaya (Penerbit Buku Kompas, 2023).
Kebaya sebagai salah satu aset bangsa Indonesia tidak boleh punah. Untuk itu, perlu melestarikan kebaya dengan berbagai cara. “Teman-teman sering memuji penanpilan saya dengan kebaya, saya jadi makin percaya diri. Saya pernah mewakili ibu-ibu di sebuah perusahaan minyak tempat suami saya bekerja ikut lomba Kebaya Pakem lengkap dengan sanggulnya dan mendapat predikat juara 1,” papar Ety.
Kebaya Lovers!
Ety mengaku tidak pernah menjual atau menawarkan kebaya baik kepada kolega maupun teman-temannya. Justru mereka yang ingin dibuatkan kebaya seperti yang dikenakannya. “Dari situ saya mulai membuat kebaya buat teman-teman. Lalu saya kreasikan dengan membuat model yang menarik. Karena banyak yang membeli akhirnya memutuskan berjualan kebaya,” ungkapnya.
Meski konsumen berdatangan, tidak berarti tidak ada tantangan yang dihadapi Ety. Pengalamannya yang baru pertamakali berjualan kebaya membuat Ety harus memutar otak dalam menentukan harga. Terkadang, tambah Ety, antara biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan kebaya dan ongkos jahit tidak sebanding dengan keuntungan yang diterima. “Entah berapa kali saya rugi karena yang membeli maunya murah tapi kualitas kebayanya bagus” ujarnya.
Ety mengaku didukung sepenuhnya oleh sang suami, Ir.P.A. Nafis. Ia menginvestasikan modal yang tidak besar, namun ia sesuaikan dengan kebutuhan. Jika ada pesanan dalam jumlah banyak, otomatis ia menambah lagi modalnya untuk membeli bahan dan ongkos jahit. Dalam hal membuat pola, ia mengaku beruntung karena ibunya mengenakan kebaya untuk pakaian sehari-hari.
“Model kebaya banyak terinspirasi dari ibu saya. Biasanya saat melihat bahan di toko saya sudah terbayang model apa yang akan saya buat. Saya gambar lalu ke tukang jahit menjelaskan model yang saya inginkan,” jelas Ety.
Dalam perkembangannya Ety akhirnya membeli 2 mesin jahit dan memiliki penjahit sendiri. Saat ini, ia dibantu 4 hingga 5 orang penjahit.
“Kalau pesanan lagi banyak mau nggak mau saya ambil penjahit luar sebagai part timer,” tambah Ety yang karyanya memiliki ciri khas kebaya Melayu.
Ety menangani sendiri soal marketing dan kegiatan fashion show untuk menggaet pembeli yang pangsanya adalah ibu pejabat dan pecinta seni. Produknya dibandrol dengan harga kisaran Rp 750 ribu hingga Rp 3,5 juta sesuai bahan dan model yang diinginkan pembeli.
Ety berharap kebaya makin digemari dan lebih sering dikenakan oleh perempuan Indonesia dalam berbagai acara baik resmi maupun santai.
“Semoga kebaya tidak hanya dikenakan ibu-ibu tetapi juga anak muda. Sehingga keberadaan kebaya sebagai salah satu peluang usaha yang menggerakkan perekonomian makin bergairah ke depannya,” pungkasnya.
Kebaya Lovers! Ada banyak potensi usaha yang bisa dikembangkan dari asset budaya kita salah satunya kebaya. Setelah kampanye gerakan kebaya berkembang, banyak usaha yang dijalankan khususnya oleh para Perempuan. Tinggal bagaimana menyesuaikan dengan pasar yang dituju, apakah Perempuan dewasa, atau remaja yang suka dengan model pakaian kekinian. Potensi usaha kebaya masih sangat luas lho, Kebaya Lovers! ***