Hello Kebaya Lovers!

SETUJU nggak kalau ada yang mengatakan, Generasi milenial dan Gen Z adalah target utama untuk mengenalkan kebaya agar kembali dicintai dan lebih dikenal luas di masyarakat ?

Yess! Saat ini komunitas dengan anggota anak muda dijadikan wadah berbagai kegiatan seperti “Kebaya Goes to School” dan “Kebaya Goes to Campus”. Kenyataannya, meskipun banyak yang tertarik mengikuti kegiatan tersebut, namun masih sedikit yang berminat bergabung dalam komunitas, menjadi anggota tetap dan rutin berkegiatan.

Adalah Mbak Maya Dewi, penulis buku Senitini – The Jamu Stories yang tergerak mendirikan KDS pada 2016 lalu. Ia mengatakan, dari banyak komunitas perempuan pecinta kebaya yang paling mudah direkrut adalah anggota dari kalangan ibu-ibu atau perempuan dewasa (setidaknya sudah berkeluarga).

“Ada beberapa faktor yang membuat remaja putri Gen Z enggan bergabung di komunitas kebaya, salah satunya soal skala prioritas. Mereka masih sekolah dan kuliah dengan banyak tugas dan tanggungjawab,” ungkap Mbak Maya seperti disarikan dari Buku Kebaya Kaya Gaya dari Penerbit Buku Kompas (PBK) 2023.

Masalah lainnya adalah hambatan finansial karena untuk aktif di sebuah komunitas berkebaya ada biaya yang harus dikeluarkan seperti membayar iuran latihan menari, transportasi, biaya make-up, kostum, konsumsi, dan kegiatan rutin/non rutin lainnya. Hambatan lainnya adalah cara pandang Gen Z terhadap kebaya itu sendiri.

“Sebagian besar dari mereka mungkin sudah tahu apa itu kebaya tetapi belum tahu apa urgensi dari pelestarian kebaya DAN mengapa kebaya harus dilestarikan,” kata Mbak Maya.

Kebaya Lovers!
Awal mendirikan KDS bagi Mbak Maya bukanlah hal yang mudah karena faktor hambatan yang ada. Namun ia menyadari perbedaan mindset terhadap kebaya yang bertolak belakang dengan sifat-sifat Gen Z yang simpel, cepat, praktis, dan kekinian sempat membuatnya pesimis.

“Mereka mengira berkebaya itu ribet, butuh waktu lama, dan kuno. ‘Stigmasisasi’ inilah yang awalnya membuat saya berpikir bahwa ajakan berkebaya tidak akan mudah masuk ke dunia Gen-Z,” urai Mbak Maya. Namun Mbak Maya nggak patah semangat. Demi menjaga kelestarian kebaya sebagai budaya dan memetakan beberapa masalah ia terus mengembangkan KDS hingga kini memasuki usianya yang ke-9.

Mbak Maya punya beberapa strategi untuk menarik minat dan menyentuh hati anggota KDS. Tujuan utamanya mengikis stigma bahwa berkebaya itu ribet, lama, dan kuno. Secara aktif KDS memberikan edukasi ke sekolah dan kampus seperti memberikan tutorial cara berkebaya yang simpel, praktis dalam waktu singkat. Komunitas ini juga menyatakan, berkebaya tidak harus mahal dan mewah, bisa membeli secara online dengan harga terjangkau.

“Kami sering mengadakan beauty class agar remaja perempuan bisa makeup mandiri tanpa harus keluar biaya ke salon kecantikan ketika harus mengikuti acara kebaya,” urai Mbak Maya.

Pada 2022 lalu, KDS menggagas acara “1.000 Remaja Berkebaya” di acara Festival Kota Lama, dilanjutkan dengan “Parade Remaja Berkebaya Peranakan” pada 2023. Gelaran acara berkebaya yang dikemas atraktif dan penuh riang canda ala remaja itu terbukti mampu mengubah cara pandang Gen Z terhadap kebaya.

Perjuangan Mbak Maya menggaet anak muda untuk mencintai kebaya nggak sia-sia Kebaya Lovers! Kenaggotaan KDS makin hari makin bertambah. Bahkan ada satu anggota yang aktif sejak duduk di bangku SMP. Wahh, keren ya! ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *