
Hello Kebaya Lovers!
Siapa sih yang nggak jatuh cinta sama kebaya? Pakaian yang satu ini selalu punya cerita dan pesonanya sendiri. Dari g[erakan #Berkebaya hingga akhirnya diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda, kebaya makin menunjukkan kalau bukan sekadar fashion, tapi identitas kita sebagai bangsa.
Nah, menjelang Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember 2025 nanti, Komunitas Anugerah Srikandi Indonesia bareng Pemprov DKI Jakarta menghadirkan sebuah pameran spesial banget di Museum Tekstil, Jl KS Tubun, Jakarta. Pameran ini diberi tajuk “Kebaya Ibu: Cerita, Cinta, dan Budaya” — dan percayalah, isinya bikin hati hangat.
110 Kebaya, 15 Kolektor, Satu Cerita Besar tentang Cinta dan Budaya
Begitu masuk ruang pameran, pengunjung langsung disambut deretan 110 kebaya dari berbagai daerah di Indonesia. Semua koleksi ini berasal dari 15 kolektor, dan banyak di antaranya merupakan karya yang sudah ada sejak era 1930-an.
Jenisnya pun beragam. Kebaya encim yang anggun, kebaya kerancang dengan detail rumit, kebaya kartini yang klasik, dan masih banyak lagi!
Setiap kebaya punya cerita: tentang perempuan yang memakainya, era di mana ia dibuat, serta nilai budaya yang ia bawa. Rasanya seperti diajak time travel melihat perjalanan perempuan Indonesia dari masa ke masa.

Resmi Dibuka untuk Publik
Pameran ini dibuka secara resmi pada 4 Desember 2025 oleh Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi DKI Jakarta Ali Maulana Hakim, Kepala Dinas Kebudayaan Mochamad Miftahulloh Tamary, serta Kepala UPT Museum Seni Jakarta Sri Kusumawati.
Pamerannya berlangsung 4–31 Desember 2025 dan terbuka untuk umum. Jadi buat kamu yang ingin merayakan Hari Ibu sambil mengenal budaya Indonesia lebih dekat, ini tempat yang wajib banget dikunjungi!
Suara Generasi Z: Kebaya Itu Keren dan Layak Didukung!
Salah satu petugas pameran, Juwita, generasi Z yang tiap hari menjaga area koleksi, ikut merasakan langsung antusiasme pengunjung.
Menurutnya, koleksi yang paling mencuri perhatian adalah baju pengantin dari Lampung dan Sumatera. “Corak kebayanya keren banget. Ada nuansa keemasan, kelihatan mewah,” kata Juwita kepada kebayastory, Sabtu (6/12/2025).
Buat Juwita, pameran ini penting banget untuk mengingatkan generasi muda bahwa kebaya bukan sekadar pakaian perempuan Indonesia – tapi warisan budaya yang keren dan patut dibanggakan.
“Kebaya itu unik dan menarik. Setiap daerah punya ciri khasnya sendiri. Warisan kayak gini harus dilestarikan,” ucapnya dengan semangat.
Pandangan Juwita ini jadi bukti bahwa generasi Z pun punya peran besar dalam merawat budaya, nggak cuma lewat media sosial, tapi juga dengan hadir, belajar, dan mengapresiasi langsung.

Sedikit Sejarah Kebaya: Dari Masa ke Masa
Tahukah kamu? Kebaya sudah melekat dengan perempuan Nusantara sejak ratusan tahun lalu. Awalnya kebaya berkembang di pesisir Jawa dan menjadi pakaian formal perempuan bangsawan. Seiring waktu, kebaya menyebar ke berbagai daerah — dari Betawi sampai Bali, dari pesisir Jawa sampai Peranakan.
Di era Kartini, kebaya bahkan menjadi simbol intelektualitas dan emansipasi perempuan. Sementara di era modern, kebaya terus berevolusi tanpa kehilangan jati dirinya: anggun, sederhana, dan sarat makna budaya.
Pengakuan UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda menjadi bukti bahwa kebaya bukan sekadar pakaian — tapi representasi nilai, sejarah, dan kekuatan perempuan Indonesia.


Ruang Reflektif untuk Merayakan Perempuan Indonesia
Melalui pameran “Kebaya Ibu: Cerita, Cinta, dan Budaya”, Museum Tekstil ingin mengajak kita semua merayakan kisah-kisah perempuan Indonesia. Setiap motif, warna, dan potongan kebaya menyimpan jejak perjalanan seorang ibu, seorang perempuan, seorang penjaga budaya.
Jadi, yuk sempatkan datang!
Nikmati keindahan ratusan kebaya, resapi cerita-ceritanya, dan rayakan Hari Ibu dengan penuh cinta untuk budaya kita sendiri. ***



































